Friday, August 26, 2011

#APA YANG LELAKI MAHU DARI SEORANG WANITA#


Cinta adalah fitrah manusia. Cinta juga salah satu bentuk kesempurnaan penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah menghiasi hati manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah satunya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga sebaliknya.
Rasa cinta dapat menjadi anugerah jika caranya sesuai dengan bingkai nilai-nilai ilahiyah. Namun, perasaan cinta dapat membawa manusia ke jurang kenistaan apabila digemburkan demi kesenangan semata dan dikendalikan nafsu liar.
Islam sebagai syariat yang sempurna, memberi koridor bagi penyaluran fitrah ini. Apalagi cinta yang kuat adalah salah satu tenaga yang dapat menguatkan hubungan seorang lelaki dan wanita dalam mengharungi kehidupan rumah tangga. Karena itu, seorang lelaki yang soleh tidak lari daripada proses memilih wanita untuk dijadikan pendamping hidupnya.
Ada banyak faktor yang boleh menjadi sebab munculnya rasa cinta seorang lelaki kepada wanita untuk diperisterikan. Antaranya adalah seperti di bawah ini.

1. Karena akidahnya yang Sahih
Keluarga adalah salah satu benteng akidah.
Sebagai benteng akidah, keluarga harus benar-benar kukuh dan tidak dapat ditembus. Jika rapuh, maka rosaklah segala-galanya dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin selamat dunia-akhirat. Dan faktor penting yang dapat membantu seorang lelaki menjaga kekukuhan benteng rumah tangganya adalah isteri solehah yang berakidah sahih serta benar-benar faham akan peranan dan fungsinya sebagai madrasah bagi calon pemimpin umat generasi mendatang.
Allah menekankan hal ini dalam firmanNya,
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita hamba yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya hamba yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 221)

2. Karena faham agama dan mengamalkannya
Ada banyak hal yang membuat seorang lelaki mencintai wanita. Ada yang karena kecantikannya semata. Ada juga karena status sosialnya. Tidak sedikit lelaki menikahi wanita karena wanita itu kaya. Tetapi, kata Rasulullah yang beruntung adalah lelaki yang mendapatkan wanita yang faqih dalam urusan agamanya. Itulah wanita dambaan lelaki soleh.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda,
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama (wanita solehah), kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw. juga menegaskan, “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita yang solehah.” (Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
Jadi, hanya lelaki yang tidak berakal yang tidak mencintai wanita solehah.


3. Dari keturunan yang baik
Rasulullah saw. sering menasihati lelaki yang soleh untuk memilih wanita yang solehah. “Jauhilah rumput hijau sampah!” Mereka bertanya, “Apakah rumput hijau sampah itu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Wanita yang baik tetapi tinggal di tempat yang buruk.” (Daruquthni, Askari, dan Ibnu ‘Adi)
Karena itu Rasulullah saw. memberi tuntunan kepada kaum lelaki yang beriman untuk selektif dalam mencari isteri. Bukan saja harus mencari wanita yang tinggal di tempat yang baik, tapi juga yang mempunyai keturunan dan saudara-saudara yang baik kualitinya.
“Pilihlah yang terbaik untuk nutfah-nutfah kalian, dan nikahilah orang-orang yang sepadan (wanita-wanita) dan nikahilah (wanita-wanitamu) kepada mereka (lelaki yang sepadan),” kata Rasulullah. (Ibnu Majah, Daruquthni, Hakim, dan Baihaqi).
“Carilah tempat-tempat yang cukup baik untuk benih kamu, karena seorang lelaki itu mungkin menyerupai bapa saudaranya,” begitu perintah Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di dalam “kamar” yang solih, karena perangai orang tua (keturunan) itu menurun kepada anak.” (Ibnu ‘Adi)
Karena itu, Utsman bin Abi Al-’Ash Ats-Tsaqafi menasihati anak-anaknya agar memilih benih yang baik dan menghindari keturunan yang jelek.
“Wahai anakku, orang menikah itu laksana orang menanam. Karena itu hendaklah seseorang melihat dulu tempat penanamannya. Keturunan yang jelek itu jarang sekali melahirkan (anak), maka pilihlah yang baik meskipun agak lama.”

4. Masih gadis
Siapapun tahu, gadis yang belum pernah dinikahi masih punya sifat-sifat alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dalam berbahasa dan bertutur, manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan perasaan dalam hatinya. Cinta dari seorang gadis lebih murni karena tidak pernah berkongsi dengan orang lain, kecuali suaminya. Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan menikah dengan gadis.
“Hendaklah kalian menikah dengan gadis, karena mereka lebih manis tutur katanya, lebih mudah mempunyai keturunan, lebih sedikit kamarnya dan lebih mudah menerima yang sedikit,” begitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi.

Tentang hal ini A’isyah pernah menanyakan langsung ke Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika engkau turun di sebuah lembah lalu pada lembah itu ada pohon yang belum pernah digembalai, dan ada pula pohon yang sudah pernah digembalai; di manakah engkau akan menggembalakan untamu?” Nabi menjawab, “Pada yang belum pernah digembalai.” Lalu A’isyah berkata, “Itulah aku.”
Menikahi gadis perawan akan melahirkan cinta yang kuat dan mengukuhkan pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi tertentu menikahi janda kadang lebih baik daripada menikahi seorang gadis. Ini terjadi kepada seorang sahabat bernama Jabir.

Rasulullah saw. sepulang dari Perang Dzat al-Riqa bertanya Jabir, “Ya Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Jabir menjawab, “Sudah, ya Rasulullah.” Beliau bertanya, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab, “Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling mesra bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah gugur di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena itu aku menikahi wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda, “Engkau benar, insya Allah.”


5. Sihat jasmani dan penyayang

Sahabat Ma’qal bin Yasar berkata, “Seorang lelaki datang menghadap Nabi saw. seraya berkata, “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang baik dan cantik, namun ia tidak dapat melahirkan. Apa sebaiknya aku menikahinya?” Beliau menjawab, “Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap Nabi saw. untuk kedua kalinya, dan ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya. Kemudian ia pun datang untuk ketiga kalinya, lalu Nabi saw. bersabda, “Nikahilah wanita yang banyak anak, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.” (Abu Dawud dan Nasa’i)

Karena itu, Rasulullah menegaskan, “Nikahilah wanita-wanita yang subur dan penyayang. Karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya kalian dari umat lain.” (Abu Daud dan An-Nasa’i)

6. Berakhlak mulia
Abu Hasan Al-Mawardi dalam Kitab Nasihat Al-Muluk mengutip perkataan Umar bin Khattab tentang memilih isteri yang baik merupakan hak anak atas ayahnya, “Hak seorang anak yang pertama sekali adalah mendapatkan seorang ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya. Iaitu seorang wanita yang mempunyai kecantikan, mulia, beragama, menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia, mempunyai mental yang baik dan sempurna serta mematuhi suaminya dalam segala keadaan.”

7. Lemah-lembut

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari A’isyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai A’isyah, bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan mereka kepada sifat lembah lembut ini.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri mereka.”

8. Menyejukkan pandangan

Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah mahu aku khabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? (Iaitu) wanita solehah adalah wanita yang jika dilihat oleh suaminya menyenangkan, jika diperintah dia mentaatinya, dan jika suaminya meninggalkannya ia menjaga diri dan harta suaminya.” (Abu daud dan An-Nasa’i)

“Sesungguhnya sebaik-baik wanitamu adalah yang beranak, besar cintanya, pemegang rahasia, berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh terhadap suaminya, penghias bagi suaminya, menjaga diri terhadap lelaki lain, taat kepada ucapan dan perintah suaminya dan bila berdua dengan suami dia pasrahkan dirinya kepada kehendak suaminya serta tidak berlaku seolah seperti lelaki terhadap suaminya,” begitu kata Rasulullah saw. lagi. Maka tidak hairan jika Asma’ binti Kharijah mewasiatkan beberapa hal kepada putrinya yang hendak menikah.

“Engkau akan keluar dari kehidupan yang di dalamnya tidak terdapat keturunan. Engkau akan pergi ke tempat tidur, di mana kami tidak mengenalinya dan teman yang belum tentu menyayangimu. Jadilah kamu seperti bumi bagi suamimu, maka ia laksana langit. Jadilah kamu seperti tanah yang datar baginya, maka ia akan menjadi penyangga bagimu. Jadilah kamu di hadapannya seperti budak perempuan, maka ia akan menjadi seorang hamba bagimu. Janganlah kamu menutupi diri darinya, akibatnya ia boleh melemparmu. Jangan pula kamu menjauhinya yang bisa mengakibatkan ia melupakanmu. Jika ia mendekati kepadamu, maka kamu harus lebih mengakrabinya. Jika ia menjauh, maka hendaklah kamu menjauh darinya. Janganlah kamu menilainya kecuali dalam hal-hal yang baik saja. Dan janganlah kamu mendengarkannya kecuali kamu menyemak dengan baik dan jangan kamu melihatnya kecuali dengan pandangan yang menyejukan.”

9. Realistik dalam menuntut hak dan melaksanakan kewajipan

Salah satu sifat terpuji seorang wanita yang patut dicintai seorang lelaki shalih adalah qana’ah. Bukan saja qana’ah atas segala ketentuan yang Allah tetapkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga qana’ah dalam menerima pemberian suami.

“Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar. Engkau senang bila memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.” Karena itu tak heran jika acapkali melepaskan suaminya di depan pintu untuk pergi mencari rezeki, mereka berkata, “Jangan engkau mencari nafkah dari barang yang haram, karena kami masih sanggup menahan lapar, tapi kami tidak sanggup menahan panasnya api jahanam.” Kata Rasulullah,
“Istri yang paling berkat adalah yang paling sedikit biayanya.” (Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi dari A’isyah r.a.)
Tapi, “Para wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai kewajipan menurut kemampuan dan kewajaran,” begitu firman Allah swt. di surah Al-Baqarah ayat 228. Pelayanan yang diberikan seorang isteri sebanding dengan jaminan dan nafkah yang diberikan suaminya. Ini perintah Allah kepada para suami, “Berilah tempat tinggal bagi perempuan-perempuan seperti yang kau tempati. Jangan kamu sakiti mereka dengan maksud menekan.” (At-Thalaq: 6)


10. Menolong suami dan mendorong keluarga untuk bertakwa
Isteri yang solehah adalah harta simpanan yang sesungguhnya yang dapat kita jadikan tabung di dunia dan akhirat.
Iman Tirmidzi meriwayatkan bahwa sahabat Tsauban mengatakan, “Ketika turun ayat ‘walladzina yaknizuna… (orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah), kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Lalu, sebagian dari sahabat berkata, “Ayat ini turun mengenai emas dan perak. Andaikan kami tahu ada harta yang lebih baik, tentu akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Yang lebih utama lagi adalah lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur, dan isteri solehah yang akan membantu seorang mukmin untuk memelihara keimanannya.”

11. Mengerti kelebihan dan kekurangan suaminya
Nailah binti Al-Farishah Al-Kalbiyah adalah seorang gadis muda yang dinikahkan keluarganya dengan Utsman bin Affan yang berusia sekitar 80 tahun. Ketika itu Utsman bertanya, “Adakah kamu suka dengan ketuaanku ini?”
“Saya adalah wanita yang menyukai lelaki dengan ketuaannya,” jawab Nailah.

“Tapi ketuaanku ini terlalu renta.”
Nailah menjawab, “Engkau telah habiskan masa mudamu bersama Rasulullah saw. dan itu lebih aku sukai dari segala-galanya.”

12. Pandai bersyukur kepada suami

Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada seorang isteri yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya, sedang ia sangat memerlukannya” (An-Nasa’i).

13. Cerdas dan bijak dalam menyampaikan pendapat
Siapa yang tidak suka dengan wanita bijak seperti Ummu Salamah? Setelah Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw. memerintahkan para sahabat untuk bertahallul, menyembelih kambing, dan bercukur, lalu menyiapkan unta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, para sabahat tidak merespon perintah itu karena kecewa dengan isi perjanjian yang sepertinya merugikan pihak kaum muslimin. Rasulullah saw. menemui Ummu Salamah dan berkata,
“Orang Islam telah rosak, wahai Ummu Salamah. Aku memerintahkan mereka, tetapi mereka tidak mahu mengikuti.”
Dengan kecerdasan dalam menganalisis kejadian, Ummu Salamah mengungkapkan pendapatnya dengan fasih dan bijak, “Ya Rasulullah, di hadapan mereka Rasul merupakan contoh dan teladan yang baik. Keluarlah Rasul, temui mereka, sembelihlah kambing, dan bercukurlah. Aku tidak ragu bahwa mereka akan mengikuti Rasul dan meniru apa yang Rasul kerjakan.”
Subhanallah, Ummu Salamah benar. Rasulullah keluar, bercukur, menyembelih kambing, dan melepas baju ihram. Para sahabat meniru apa yang Rasulullah kerjakan. Inilah berkat dari wanita cerdas lagi bijak dalam menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yang patut mendapat cinta dari seorang lelaki yang Soleh.


undefined


#KITA BERTANYA..AL-QURAN MENJAWAB#


Kita selalu bertanya...dan Al-Quran sudah menjawabnya...

KITA BERTANYA: KENAPA AKU DIUJI?

QURAN MENJAWAB
"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan,"Kami telah beriman."("I am full of faith to Allah")sedangkan mereka tidak diuji?Dan sesungguhnya Kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."
-Surah Al-Ankabut ayat 2-3


--------------------------------------------------------------------------------

KITA BERTANYA: KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN?

QURAN MENJAWAB
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
-Surah Al-Baqarah ayat 216


--------------------------------------------------------------------------------

KITA BERTANYA: KENAPA UJIAN SEBERAT INI?

QURAN MENJAWAB
"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya,"
-Surah Al-Baqarah ayat 286


--------------------------------------------------------------------------------

KITA BERTANYA: KENAPA RASA FRUST?

QURAN MENJAWAB
"Jgnlah kamu bersikap lemah. dan jgnlah pula kamu bersedih hati,padahal kamulah org2 yg paling tinggi darjatnya, jika kamu org2 yg beriman."
-Surah Al-Imran ayat 139


--------------------------------------------------------------------------------

KITA BERTANYA: BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA?

QURAN MENJAWAB
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan dengan jalan sabar dan mengerjakan sembhyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk."
-Surah Al-Baqarah ayat 45


--------------------------------------------------------------------------------

KITA BERTANYA: APA YANG AKU DAPAT DARIPADA SEMUA INI?

QURAN MENJAWAB
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari org2 mu'min,diri,harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka... ?
-Surah At-Taubat ayat 111


--------------------------------------------------------------------------------

KITA BERTANYA: KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?

QURAN MENJAWAB
'Cukuplah Allah bagiku,tidak ada Tuhan selain dariNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal."
-Surah At-Taubat ayat 129


--------------------------------------------------------------------------------

KITA BERKATA: AKU TAK DAPAT TAHAN!!!!!!

QURAN MENJAWAB
"......dan jgnlah kamu berputus asa dr rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dr rahmat Allah melainkan kaum yang kafir."
-Surah Yusuf ayat 12

#KAHWIN AWAL ANTARA KEMAHUAN ATAU REDHA#


"Pokwe, nak tanye sket...Apa pendapat ko kalau aku kahwin senyap-senyap??"

‘Hmm...sebelum tu, aku nak tanye ko dulu soalan ni. Apa pendapat ko misalkata ko ni seorang ayah, dan tau-tau je, anak ko dah kahwin tanpa pengetahuan ko??..Apa ko buat??'

Sunyi sepi....

"Ala, aku bukan apa, dah setahun dah aku pujuk mak ayah aku nak kahwin, diorang tak bagi, terutama mak aku."

'Hmm...ade ko tanya kenapa mak ko tak bagi?'

"Itulah, aku dah tanya, alasan dia, suruh habis belajar dulu. Lepas tu, baru boleh nak fikir pasal kahwin-kahwin ni.."

‘Aku tak rasa satu tu je sebab yang mak kau tak nak bagi..Ko kena fikir dalam-dalam pandangan seorang ibu ni macamana..'

"Aku tak fahamlah mak ayah zaman sekarang ni, diorang tak faham keadaan kita. Aku takut tak dapat kawal diri je ni, tu yang aku fikir nak teruskan niat aku"..

Serba sedikit dialog yang pernah terjadi suatu ketika dahulu. Konflik tentang perkahwinan, sentiasa membelenggu para pemuda zaman ini. Antara kemahuan diri dan restu keluarga, sentiasa membelenggu pemikiran anak-anak muda, lebih-lebih lagi yang sedang hanyut dibuai cinta.


Mengapa ini semUa Dihalang?

Inilah antara persoalan utama yang menjadi titik punca. Pandangan seorang ayah, selalunya dalam hal perkahwinan anak-anak mereka sangat ringkas dan tidak banyak kerenah. Kalau ada pun, hanya berkaitan dengan soal calonnya, berkenan atau tidak , dan selalunya apa yang menjadi pilihan si anak, ayah akan bersetuju. Apa yang dirasakan oleh si ayah, adalah mungkin sudah sampai masanya si anak belajar untuk membina keluarga sendiri.

Berbanding si ibu. Ibu , mendengar namanya sudah sayu. Dialah yang membesarkan, dialah yang mengandungkan kita, dialah yang menyusukan kita, dan ada kala, ketika si ibu sedang makan, terdengar sahaja rengekan anak kecil, anak disegerakan jamahan makanan itu, tetapi selalunya akan ditinggalkan terus juadahnya hanya untuk anak tercinta. Seorang ibu, membesarkan anak-anaknya sepenuh kasih sayang yang ada padanya. Sedihnya anak, pilu baginya, gembira si anak, senyuman dibibirnya, bak kata, setiap perilaku si anak, semuanya berbekas di hati seorang ibu.

"Mak kau tak bagi mungkin sebab sayang sangat kat kau kot, tu yang tak nak lepas tu"

Mungkin ada benar dan mungkin perlu diselidik apa yang menyebabkan terhalangnya kita meneruskan hasrat untuk berumah tangga. Seorang ibu, jarang menolak permintaan anaknya. Buruk-buruk anaknya, itulah buah hatinya. Sebut sahaja permintaan dari si anak, nak masak lemak la, nak nasi beriyani la, nak jajan ( makanan ringan ), apa sahaja kalau dihitung pasti kita akan mengakui seorang ibu jarang menolak permintaan anaknya. Tetapi, mengapakah pada permintaan yang satu ini sangat susah baginya untuk dia menyatakan persetujuannya?

Seorang ibu, apabila dia menyatakan ketidak setujuannya, pasti ada sesuatu yang tersimpul di sebalik itu. Seorang ibu, apabila menolak permintaan anaknya untuk mendirikan rumah tangga, dia tahu anaknya belum tiba masa lagi untuk diteruskan hajatnya. Ketika ini, apa yang bermain di fikirannya, apakah anakku ini boleh menjadi ketua keluarga yang bertanggungjawab? Mungkin soalan ini timbul kerana, dia akan membandingkan sikap suaminya (ayah kita) dengan sikap kita. Jika dia tidak bersetuju, pasti ada yang kurang pada diri kita yang menyebabkan kurangnya keyakinan dia untuk bersetuju dengan hasrat kita.

Bagaimana sikap Kita ?

Selepas subuh, tarik selimut kembali. Selepas makan , letak pinggan di dalam sinki sahaja, mengharapkan ada orang tolong basuhkan. Baju-baju kotor dibiarkan sahaja bersepah tanpa ada inisiatif untuk basuh. Jika inilah sikap kita di rumah, bagaimanakah seorang ibu mahu membenarkan anaknya untuk mendirikan rumah tangga jika dirinya tidak ada sifat bertanggungjawab sekurang-kurangnya pada diri sendiri, inikan pula bila sudah berumah tangga...

Sikap yang ada ini perlulah diubah dalam memberikan keyakinan si ibu bahawa anaknya sudah kenal erti tanggungjawab. Balik rumah , dalam seminggu dua, pujuklah hati si ibu dengan kerja-kerja rumah yang dilakukan. Unjurkan apa sahaja kerja-kerja rumah dari ibu, bahawa biar sahaja kita yang buat. Belikan sedikit cendera hati pada ibu, untuk menarik hatinya. Bila balik rumah, salam tangan ibu, cium tangan ibu. Kalau boleh buat lebih lagi, kucup pipi ibu, bisikkan pada telinganya ‘bang cik sayang mama'. Usahakan cara-cara yang boleh menarik hati ibu ataupun ayah. Keras mana hati ibu untuk melepaskan kita, pasti akan lembut jua akhirnya jika kita memujuk dengan kerja-kerja, kata-kata kita, dan yang terpenting bahawa kita takkan melupakan mereka walaupun sudah berkahwin nanti.


Mengapa Mahu Tergesa-gesa?

Leceh. Mungkin itulah antara yang terbit dari mulut kita bila diberikan penyelesaian untuk masalah yang timbul. Tetapi, perlu ditanya semula, mengapa mahu tergesa-gesa? Mungkin dengan kelecehan itulah, tersingkap suatu keberkatan. Perkahwinan bukan hanya kita berkahwin dengan pasangan kita, tetapi kita juga 'berkahwin' dengan keluarganya. Selain itu juga, kita membesarkan keluarga kita. Kalau sebelum ini, kita hanya ada 3 orang adik, selepas berkahwin, ada 10 orang adik, sebelum kahwin , hanya ada seorang ibu dan seorang ayah, tetapi selepas berkahwin, kita ada dua orang ayah dan dua orang ibu. Dengan kata lain, keluarga kita membesar. Dengan membesarnya keluarga ini, benda paling utama kena jaga adalah hati.

Jika dengan kahwin senyap-senyap itu boleh menyelesaikan ‘perasaan' itu, boleh mengelakkan zina, maka itu hanya satu segi. Tetapi mengapakah dalam bab ini, kita membelakangkan keluarga yang selama ini membesarkan kita? Kita sanggup bersama pasangan kita yang hanya dikenali tidak terlalu lama, dan membelakangkan kasih sayang yang selama ini dicurahkan kepada kita sejak kecil?

Kita mudah mendapat syurga, tetapi kita ikut jalan yang tidak membawa ke syurga. Syurga ada pada ibu, tetapi kita tidak cuba mendapat syurga itu. Redha Allah pada redha kedua ibu bapa, maka apakah dengan membelakangkan keluarga dalam hal membina keluarga ini kita akan mendapat redha Allah pada keluarga yang kita mahu bina itu? Perkahwinan bukanlah sehari dua, tetapi kalau boleh sehingga hujung nyawa dan sehingga ke syurga. Jika berkahwinnya dengan tergesa-gesa itu atas alasan kerana tidak mahu terjebak dengan zina atau dengan kata lain, kerana nafsu, maka renunglah kembali. Selama manakah nafsu itu akan bertahan. Apakah sampai mati? Apakah kesabaran dalam berpuasa itu tidak boleh mengatasi nafsu yang mengawal diri, aduh, sungguh lemah dirimu.

Jika perkahwinan itu dibina atas agama, maka agama tidak akan terlepas dari diri kita sehingga ke syurga kelak. Setiap hari seseorang itu perlukan agama. Agamalah yang membimbing manusia. Apakah kita mahu membimbing anak-anak dengan nafsu atau agama? Perkahwinan yang dibina di atas kecil hati keluarga, kejayaan rumah tangga yang dibina sangatlah tipis berjaya. Tidak ada bukti bahawa perkahwinan yang dibina di atas tergurisnya hati keluarga membina keturunan yang memberi manfaat pada masyarakat. Jika kita berkahwin di kala ini tanpa pengetahuan ibu dan ayah, maka bolehkah kita boleh menjamin anak-anak yang akan dilahirkan dari sulbi isteri kita tidak akan mengulangi apa yang kita lakukan pada ibu bapa kita? Mungkin ianya boleh jadi, lebih teruk dari apa yang kita lakukan pada kedua ibubapa kita?

Bagaimana Jika Sudah Terjadi

Perkahwinan yang telah berlaku tanpa pengetahuan ibu bapa, eloklah dibawa berbincang kembali dengan kedua ibu bapa. Cubalah sedaya mungkin untuk mengambil hati mereka yang terguris. Mohonlah kemaafan dari mereka. Ceritakan kesilapan yang dilakukan bahawa memang betul-betul kesilapan kita. Pokok utama disini, adalah perbincangan dua mata antara kita dan kedua-dua belah keluarga. Mungkin kesilapan yang yang dirasakan kecil itu,boleh menyebabkan dua keluarga berperang. Berbincanglah dengan nada merendah diri, akui kesilapan yang dilakukan. Moga dengan kesilapan yang dilakukan itu, mematangkan lagi kita. Manusia bukan makhluk sempurna, tetapi ketika melakukan kesilapan itulah yang perlu difikir semula dimana silapnya selama ini.

Yang penting disini, sikap berlapang dada kita dalam menilai sesuatu masalah. Walau sebesar manapun masalah itu, ingatlah , bahawa masalah itu, pemiliknya Allah. Dia memberikan kita masalah agar kita untuk menilai kita sejauh mana keimanan kita, sejauh mana kebergantungan kita kepadanya. Semua benda yang berlaku di atas muka bumi ini, ada sebab musababnya. Jika kita yakin dengan keputusan Allah, kita yakin dengan janji Allah, maka di situ kita akan dapat lihat jalan keluar pada setiap masalah yang timbul. Apa yang penting, cekalkan hati, tingkatkan amal agar keteguhan hati bertambah dan lapangkan dada dalam menilai sesuatu, insyaallah, pasti kita akan nampak jalan keluar di dalam kekusutan yang dihadapi..


waALLAHualam..

#JANGAN ENGKAU KAHWINI WANITA YANG ENAM#


1- Wanita Ananah:- Wanita yang banyak mengeluh dan mengadu dan tiap saat memperalatkan sakit atau berpura-pura sakit.

2- Wanita Mananah:- Wanita yang suka mengungkit-ngungkit terhadap suaminya. Wanita ini sering menyatakan seperti ini: “Aku membuat itu keranamu”.

3- Wanita Hananah:-
Wanita yang menyatakan kasih sayangnya kepada suaminya yang lain, yang dikahwininya sebelum ini atau kepada anaknya dari suami yang lain.

4- Wanita Hadaqah:- Wanita yang melemparkan pandangan dan matanya pada tiap sesuatu, lalu menyatakan keinginannya untuk memiliki barang itu dan memaksa suaminya untuk membelinya.

5- Wanita Baraqah: - 1) Wanita yang sepanjang hari mengilatkan dan menghias mukanya. 2) Wanita yang marah ketika makan dan tidak mahu makan kecuali sendirian dan diasingkannya bahagiannya.

6- Wanita Syadaqah:-
Wanita yang banyak bercakap perkara yang lagha dan lagi membisingkan."

#MUSLIMAH TAK GUNA#

"Kawan-kawan aku pon ada gak yang pakai tudung besar-besar ni, tapi sekarangkan macam-macam tudung ada. Kau, ni up to date la sikit. Kita sekarang kena ada style la"

Rungutan berbaur sinis ini masih tidak menggoyangkan rasa cinta aku pada tudung bulat..

" kesianlah aku tengok kau ni.", sambil tangan beliau mencari-cari tudung berjenama artis dan menghulurkannya pada ku. Aku ambil, sebagai menyenangkan hatinya. Ku gantikan tudung bulat yang ku pakai dengan tudung biru terqouis yang beliau berikan. Memang padan dengan baju kurung putih berbunga sama warna dengan tudung itu.

"Ish, tak reti la, tudung ni melekat kat badan. Tak selesa la, panas." Terfikir juga, betulkah jawapanku ini.

"Melekat kat badan? Abes tudung kau tu tergantung ke kat badan kau tu. Tudung bulat kau yang boleh buat kain kemah tu tak panas ke?".

Huh, berdesing telingaku mendengar kutukan mereka pada tudung kesayanganku itu. Sanggup beliau mengatakan
sedemikian padaku. Apakah kesalahannya tudung bulat ni sehingga ia amat di benci dipandangan mata muslimat kini. Malah, pemakainya juga tidak terlepas dari pelbagai fitnah dan cemuhan.

"Ish tudung besar tu tah dalam tudung tu macam-macam ada."

"Ala tudung melingkup macam cendawan tu datging gak we."

"Kawan anak aku, tudung die besar bukan main, berjubah lagi, tup-tup mengandung kau tahu."

Kami manusia, wahai saudara-saudaraku. Seperti kata pepatah, "kerna nila setitik, rosak susu sebelanga". Bukan niat mahu membenarkan yang salah,cuma tidak perlulah kami sentiasa dicemuh dan dihina. Biarkan mereka menanggung dosa sebagai munafik,usah kalian menambah pula dosa kalian dengan mengumpat mereka.

Ya!! Kami juga muslimah biasa yang tidak kebal dari dosa.

Ya! Benar! Kami muslimah tak guna. Kami memang tak guna.

Kami memang tidak guna pewarna-pewarna untuk memberi warna pelangi pada rambut kami, pewarna mata, pewarna pipi malah bibir juga kami tidak warnakan, kerana pada kami hanya benda buruk yang perlu dicat untuk menarik orang menatapnya. Kami yakin rambut kami adalah mahkota terindah yang amat bernilai. Maka, kami jaganya dengan rapi agar tidak rosak di mamah mentari, dan tidak lapuk disimbahi hujan. Kami baluti ia dengan rapi agar ia terjaga dan tersimpan untuk menjadi tatapan yang berhak menatapnya. Kami jauhkan sebarang pewarna di wajah kami kerna kami tidak mahu menipu sekalian yang menatapnya.

Kami juga muslimah-muslimah tak guna kain sempit untuk membaluti tubuh kami. Kain-kain jarang pada kami hanya untuk di buat kain langsir yang fungsinya menghalang cahaya matahari terik, tetapi dalam pada masa yang sama matahari itu perlu sebagai penyuluh di siang hari dan penyegar kediaman kami. Andai kain jarang kami baluti tubuh kami, kami juga membenarkan cahaya matahari menjadi punyuluh badan kami dan menjadi penyegar mata kalian. Oh tidak, kami bukanlah semudah itu untuk menjadi tatapan kalian. Kami juga tak guna baju-baju adik kami untuk dibawa berjalan ke bandar. Kami lebih mengamalkan perinsip yang tua memberi pada yang muda, bukan membuli yang muda. Jadi, adik-adik kami selalunya yang meminjam baju kami, dan kami meminjam pada kakak kami dan begitulah seterusnya. Kerna ini juga baju kami tidak perlulah jarang atau berlubang-lubang atau senteng ke pusat untuk menyejukkan badan, tetapi baju yang longgar amat selesa kerana pengudaraanya amatlah baik sekali. Seperti mana rumah yang besar lebih sejuk berbanding rumah yang kecil dan sempit. Hal ini juga, dapat memudahkan pergerakan kami dan membesarkan langkah kami. Tidaklah kami perlukan belahan kain sampai ke paha untuk melangkah dengan lebih besar.

Sungguh aneh dunia kini, baju yang cukup sifatnya dikecilkan, dikoyakkan, dibelahkan. Makin lama, tubuh itu ibarat orang-orang di sawah lagak pakaiannya. Malah, pakaian orang-orang itu lagi indah.
Ya, kami masih lagi muslimah tak guna kasut-kasut bertumit tajam, kerna kami saying bumi kami. Bumi ini juga bernyawa dan pastinya setiap yang bernyawa pasti mempunyai perasaan. Kami takut kasut tumit tajam kami akn mnyakitkan bumi ini. Kami sedar satu hari nanti, kami akan berada dalam bumi ini. Kami takut akan di balas pula perbuatan kami dengan tusukan yang kami sendiri tidak dapat menanggungnya.
AURAT. Apa definisinya pada kalian?

"Ala, pakai tudung dah kira tutup aurat la tu…"

Pakai tudung dan berbaju t-shirt, sudah sempurna tuntutan menutup aurat kalian? Tudung pendek menampakkan dada itu menutup aurat pada kalian? Baju jarang dan sempit itu menutup aurat. Itu tidak di sentuh hal seluar lagi. Aduh, makin sakit mata makcik-makcik yang memandang melihat gaya seluar yang menjelikkan kini. Untuk apa berbaju jika sudah tahu di mana tanda lahirnya. Untuk apa berseluar jika mahu diberitahu saiz pinggangnya. Untuk apa berbaju dan berseluar jika boleh diteka apa yang ditutupinya.

Mungkin pada kalian menutup aurat adalah menutupi keaiban kalian. Tapi pada kami, menutup aurat adalah menutup bahagian-bahagian terindah pada kami. Yang kami tutup bukanlah rabut rosak yang penuh dengan kelimumur. Yang kami tutup bukan juga parut-parut luka jatuh pokok di waktu nakal dahulu. Yang kami tutup adalah kecantikan yang kami jaga rapi untuk kalian yang berhak menatapnya. Kami jadikan kalian yang pertama melihatnya, bukan yang ke 25 ataupun yang terakhir setelah puas orang laian menatapnya. Amanah ini kami jaga kerna pada kecantikan-kecantik an ini juga terletak maruah kami, maruan ibubapa kami, dan yang paling utama maruah agama kami. Kami tidak mahu kalian terkeliru dan tertipu dengan identiti kami. Kami muslimah bukan Harajuku girl, mahupun gadis barat berkulit sawo matang tapi berambut blonde.

Isu tudung dan aurat ini tidak pernah akan menjadi isu basi kerna ianya perlu diingatkan selalu. Apa yang kami perlihatkan pada kalian mungkin pada kalian adalah kehodohan semata, tapi kami peduli apa, kami tak ingin cantik di mata kalian, tapi kami mahu cantik di mata ALLAH;KEKASIH awal dan akhir kami...

Kita manusia mudah lupa walaupun sering diberi peringatan. Muslimah perlu sedar, tugas kalian amatlah besar kerna guru-guru pendidik bangsa, pemimpin-pemimpin negara, pejuang-pejuang Islam, semuanya akan lahir dari kalian . Andai kalian rosak, adakah bakal yang lahir dari perut kalian akan elok? Benar, semuanya adalah ketentuan Allah, dan iman juga tidak boleh diwarisi, tetapi prevention is better than cure kan…? Cuba elak sejauh mungkin, berusaha menjadi yang terbaik,seterusnya baru diserahkan pada sebaik-baik perancang.

Andai diri ini tersasar dari landasan, ringan-ringankanlah tangan kalian untuk memimpinku kembali ke landasan yang benar. Jangan kalian mengutukkan aku dibelakang kerna aku tidak dapat mendengarnya. Jangan pula kalian menjauh kerna, aku juga tidak bisa membaca hati kalian. Aku juga manusia biasa yang tidak lari dari melakukan kesilapan. Tegurlah aku andai ada yang tidak enak di mata kalian. Segalanya mungkin ada hikmah kerana itu kita dituntut untuk saling menasihati.

Andai kalian ingin bersahabat denganku, aku berjanji menjadi sahabat yang terbaik buat kalian, kerna aku mencintai kalian seperti mana aku mencintai diri aku sendiri.
Tetapi andai kalian ingin aku mengikut arus semasa memakai tudung berjenama selebriti negara, aku rela kehilangan kalian dari kehilangan tudung bulat. InsyaALLAH.. .

#ISTERI YANG CURANG#


Kisah ini saya petik dari suatu laman web… Kisahnya benar² menyentuh hati. Buat wanita yang bakal bergelar isteri, jadikan kisah ini sebuah pedoman. Buat lelaki, kisah ini boleh disampaikan buat mereka yang berkenaan. Akhirnya setelah dua tahun menghilang diri, Normah kembali ke rumahnya. Seperti dahulu, dia masih cantik bergaya. Lenggoknya masih gemalai, pinggang masih ramping, gincu masih merah dan mekap masih tebal. Jika berselisih, aroma pewanginya masih kuat menusuk hidung. Namun bezanya, Normah kelihatan tidak begitu ceria. Zahirnya dia begitu anggun tapi wajahnya terlukis warna yang muram dan lesu. Tutur katanya perlahan dan tidak bermaya seperti orang keresahan. “Kenapa awak balik? Pergilah ikut jantan. Awak tak ada pun saya boleh jaga anak-anak kita ni!!” jerkah suaminya, Halim sebaik melihat Normah pulang dengan menjinjing sebuah beg besar. Normah tidak menjawab kerana dia tahu, itu memang salahnya. Dia cuma berdiri di pintu dan menundukkan muka. Halim sebaliknya terus membelasah isterinya itu dengan kata-kata keras. Sudah lama geram itu menggelodak di hati, lalu inilah masa untuk melepaskannya.

Normah masih terpaku di muka pintu. Dikesat air mata yang bergenang. Tiada sepatah perkataan pun di balasnya kata-kata Halim itu kerana hajatnya pulang bukanlah untuk bertengkar. Hasratnya Cuma satu, untuk pulang ke pangkuan suami dan anak-anak.

Jika diikutkan hati memang hendak dihalaunya Normah, tapi disebabkan anak-anak, Halim menahan juga kemarahannya. Dibiarkan Normah masuk ke rumah yang telah lebih dua tahun ditinggalkannya itu.

Bagi Halim, kepulangan Normah tidak membawa apa-apa erti lagi dalam hidupnya. Malah ia cuma memulakan semula kekalutan yang sudah dirungkaikannya, mengeruhkan hidup yang mula jernih dan memarakkan semula api yang telah dipadamkan.

Dua tahun dahulu, Normah meninggalkan Halim dan dua anaknya, Iffa, 5, dan Aina, 2.Yang ditinggalkan hanyalah sekeping nota menyatakan yang dia ingin hidup bersama kekasihnya.

” Saya rasa kita dah tak ada persefahaman lagi. Saya mahu hidup bahagia dengannya” demikian antara lain nota yang ditinggalkannya untuk Halim.

Kesalnya dia dengan tindakan Normah tidak terkata. Halim akui sejak akhir-akhir ini Normah sudah berubah. Kalau dulu layanannya begitu baik, sekarang mula dingin. Pantang silap sedikit, mulalah naik angin. Kata-katanya pula, selalu saja diiringi sindiran. Sudahlah begitu, sering pula Normah meminta barang-barang mewah di luar kemampuan Halim. Itulah yang menghairankan Halim.

Lama-kelamaan, Halim terhidu pula berita Normah menjalin hubungan sulit dengan lelaki berada. Dia ada bertanya tentang hal itu, namun Normah lantas menafikannya. Walaupun Halim menekannya dengan cerita dan bukti-bukti, tapi Normah tetap tidak menidakkannya. Malah dituduh pula suaminya cemburu buta. Nah, sekarang terbukti sudah kebimbangannya itu. Tapi apa yang boleh dilakukan, nasi sudah menjadi bubur.

Sejak Normah meninggalkannya, hidup Halim tidak terurus. Terpaksalah dia membesarkan anaknya itu sendirian. Dialah ibu dialah bapa. Dengan gajinya sebagai penyelia kilang yang tidak seberapa dan menyewa pula di sebuah rumah di pinggir Kuala Lumpur, tentulah sukar untuk dia menguruskan hidup.

Kalau kanak-kanak lain selalu bertukar pakaian, anak-anaknya dengan baju dua tiga pasang itulah. Makan yang mewah jauh sekali, kecuali apabila dia mendapat gaji. Rutin hidupnya, awal pagi menghantar anak-anaknya ke rumah ibunya dan malam menjemput mereka pulang. Dialah yang memasak dan mengemas rumah. Kadangkala adik perempuannya turut membantu menguruskan keluarganya.

Memang hidupnya sukar, tapi Halim belum tergerak untuk berkahwin lagi. Baginya, biar susah macam mana pun, semua halangan itu akan dirempuhinya. Tambahan pula Normah masih tidak diceraikan.

Halim juga mahu membuktikan kepada Normah bahawa tanpa wnita itu, dia boleh menguruskan keluarga. Dan juga, kalau kemewahan yang menyebabkan Normah meninggalkannya, Halim ingin buktikan bahawa tanpa wang yang banyak sekalipun dia boleh hidup bahagia.

Ternyata tanpa Normah, Halim mampu membesarkan anak-anaknya seperti ibu bapa lain. Iffa dan Aina juga kian lama kian melupakan ibu mereka. Malah melihat gambar pun mereka benci. Bukan Halim yang menghasut tapi kerana Normah sendiri yang bengis terhadap anak-anak.

Kerana itulah, kepulangan Normah membangkitkan semula kemarahan Halim. Tambahan pula Halim mendapati ada sesuatu yang tidak kena dengan perut Normah. Ia membuncit seperti sedang hamil. Bagaimanapun dia tidak mahu bertanya kepada wanita itu.

“Tempat awak di sana!” kata Halim menunjukkan Normah ke arah sebuah bilik kecil. Di dalamnya ada sebuah tilam bujang yang kusam. Bertompok sana, bertompok sini. “Nak alas, cari sendiri,” kata Halim, lalu menyindir “itupun kalau awak ingat kat mana nak cari….” Normah ditinggalkan sendirian.

Malam itu, Normah tidur seorang diri dalam bilik sempit dan penuh barang-barang. Sementara Halim tidur bersama dua anaknya di bilik lain. Bila anak-anaknya pulang, Normah cuba membelai mereka tapi Iffa dan Aina segera menjauhkan diri. Dipujuk dengan bermacam-macam cara pun tidak berkesan. Terpaksalah Normah membawa diri ke dalam bilik dan menangis teresak-esak.

Begitulah keadaan mereka setiap hari. Normah menjadi orang asing di dalam rumahnya sendiri sementara Halim meneruskan hidup seperti biasa. Mereka tidur berasingan dan setiap pagi, anak-anak dihantar ke rumah ibunya tidak jauh dari situ.

Ternyata telahan Halim tepat. Dari sehari ke sehari dilihatnya perut Normah semakin membusung. Lain macam bulatnya. Setelah didesak dan dijerkah berkali-kali, Normah terpaksa mengaku dirinya berbadan dua.

“Aku dah agak. Patutlah awak balik…nak suruh aku jadi bapak pada budak tu, kan? Nak jadikan aku pak sanggup?” Halim melepaskan paku buah keras. “Bukan macam tu bang, saya…” tapi belum pun sempat Normah menghabiskan cakap, Halim memintas ” Saya apa?! Saya tak buat benda tak senonoh tu? Budak tu anak aku? Tolong sikit….bila masa aku sentuh badan kau tu? Hah?”

Bagi menutup malu, Normah memakan makanan yang tajam, pedas dan berasid untuk menggugurkan kandungannya, tetapi gagal. Perutnya terus-menerus membesar. Gagal cara itu, dia pergi ke klinik swasta pula. Bagaimanapun doctor tidak mengizinkan kerana risikonya terlalu tinggi. Kata doktor, kandungannya sudah besar dan jika digugurkan, ia boleh mengundang maut.

Semakin hari jiwa Normah semakin tertekan. Perut kian memboyot sedangkan anak dan suami pula tidak menghiraukan kehadirannya. Dia menjadi melukut di tepi gantang dalam rumah sendiri. Suami menjauhkan diri bila hendak mengadu dan anak pula tidak menganggapnya ibu untuk mereka bermanja.

Tidak ada jalan lain, Normah meminta Halim menghantarkan dia ke rumah ibunya. Tentu saja Halim tidak membangkang. Memang itu yang dia mahukan. Namun sambutan ibu bapanya juga mengecewakan.

“Dua tahun kamu tinggalkan suami dan anak, tiba-tiba baru dua bulan balik perut kamu dah besar macam ni. Huh…memang patut pun Halim buat macam ni. Kamu derhaka pada dia!” kata bapa Normah, Haji Shafie bila mendapati anaknya itu hamil.

Dari sehari ke sehari tekanan perasaannya tambah menebal. Ia kian merundung bila tumbuh pula cacar di badannya. Dari kecil ia membesar, dan dari sebiji-sebiji ia merata memenuhi badan. Di dalam cacar itu, menguning nanah busuk dan jelik baunya. Pada waktu yang sama, Normah mengidap darah tinggi pula.

Tekanan perasaan yang melampau itu menyebabkan Normah dibawa oleh ibu bapanya berjumpa dengan pakar jiwa. Bermacam-macam ubat dan rawatan diberikan tapi ternyata begitu sukar untuk dia dipulihkan. Disebabkan badannya terlalu lemah, doktor mencadangkan supaya Normah bersalin melalui cara pembedahan apabila usia kandungannya mencecah tujuh bulan lebih sedikit.

Pada waktu yang ditetapkan, Normah dimasukkan ke wad. Seminggu sebelum dibedah, dia mula meracau-racau dan meraung. Bermacam-macam dijeritkannya tanpa hujung pangkal. Dimaki hamunnya emak dan ayah serta jururawat yang datang. Kemudian Normah menangis pula hendak balik dan melihat anak-anak.

Dalam keadaan yang kritikal itulah ayahnya, Pak Cik Shafie menelefon saya dan menceritakan keadaan anaknya itu secara ringkas. ” Pak cik tak mahu nak salahkan sesiapa. Dua-dua ada buat silap. Tapi sekarang ni pak cik minta ustaz usahakanlah ubat anak pak cik tu,” katanya. Daripada suaranya itu saya tahu dia sedang menahan sebak.

“Saya di Sarawak sekarang ni pak cik. Dua hari lagi saya balik. Tapi buat sementara ni, usahakan baca Yasin dulu. Bila saya balik nanti, saya terus ke sana,” jawab saya. Sekembalinya ke Semenanjung saya terus menziarahi Normah. Keadaannya sama seperti yang diceritakan oleh bapanya.Mengerang kesakitan, meracau, meronta-ronta, dan bercakap tidak keruan. Keadannya ketika itu memang menyedihkan kerana dalam keadaan perut memboyot dia meraung seperti hilang akal.

Namun timbul pertanyaan di fikiran saya selepas dibacakan Yasin, keadaan Normah bertambah buruk. Keadaanya ibarat mencurah minyak ke api, makin disiram makin besar maraknya. Ibu bapa dan adik beradik Normah menangis milihat keadaan dirinya.

“Pak cik mana suami dengan anak-anaknya?” saya bertanya bila melihat suami dan anak-anak Normah tidak menziarahinya.

” Itulah yang saya nak cakap pada ustaz. Saya dah pujuk, rayu dia datanglah tengok anak saya ni. Kata saya, walau besar mana pun dosa anak saya, kalau dia menderhaka sekalipun, tapi dalam keadaan macam ni bukankah elok kalau dia di ampunkan? Tapi dia tak mau. Jengah pun tidak,” kata Haji Shafie kesal.

“Dia marah lagi agaknya,” saya menyambung.

“Saya tau… kalau jadi pada kita pun kita marah. Saya bukanlah nak salahkan dia, tapi yang sudah tu sudahlah. Anak saya pun bersalah, saya mengaku,” tambah Haji Shafie.

“Kalau macam tu,” tambah saya,” bawa saya jumpa menantu pak cik tu. Insya-Allah kita sama-sama pujuk dia.”

Seperti yang dipersetujui, beberapa hari kemudian saya dibawa oleh Haji Shafie berjumpa dengan menantunya itu.

“Yang sudah tu sudahlah Lim, ampunkanlah dia. Normah tengah tenat tu,” Haji Shafie merayu.

” Dua tahun dia tinggalkan kami anak beranak. Balik-balik, mengandung…suami mana yang tak marah, ayah ?. Mana saya nak letak muka saya ni ? Dayus, pucuk layu , tak ada punai, tak tau jaga bini, macam-macam lagi orang hina saya…’ tambah Halim melepaskan segala yang terbuku di hati. Bermacam-macam lagi di rungutkan hingga tidak sanggup kami mendengarnya.

” Ayah faham perasaan kau. Ayah tau Normah yang salah, derhaka pada kau , tapi dia tengah tenat sekarang ni,” Haji Shafie merayu lagi , Halim tidak menjawab sepatah pun Nafasnya saja yang turun naik manakala muka merah padam menahan marah.

Bila keberangan nya semakin reda saya menasihatkan Halim supaya melupakan perkara yang telah berlalu itu. “Mengampunkan orang lain lebih baik daripada membalas dendam . Isteri awak menderita sekarang ini pun sebab dia sudah sedar dengan kesalahan dia, jadi eloklah awak maafkan,” kata saya.

Lalu saya ..hadis dan firman Allah berkaitan …Ternyata Halim sudah berpatah arang berkerat rotan . ” Saya tak akan jenguk dan saya tak akan ampunkan dia. Isteri durhaka ! ” katanya.

Sampailah hari Normah di bedah , Halim langsung tidak menjengukkan mukanya. Iffa dan Aina juga di larang daripada menjengah ibu mereka. Bagaimanapun , di sebabkan keadaan Normah yang tenat, makan minum tidak menentu , bayi yang di lahirkannya meninggal dunia beberapa hari kemudian. Normah pula sejak sedar daripada pembedahan semakin teruk jadinya.

Setiap hari, terutamanya tengah malam dan senja dia akan meracau. Yang mengaibkan , racauannya kini mendedahkan segala pelakuan jelik yang di lakukannya selama meninggalkan Halim dan anak-anak.

Antaranya, Normah menceritakan yang dia telah mengikut lelaki hingga ke Siam dan kemudian hidup seperti suami isteri. Selepas berpisah dengan lelaki itu, dia bersekedudukan pula dengan lelaki lain. Tidak kurang dengan tiga lelaki telah dia berzina.

“Abang..ampunkanlah saya. Saya derhaka, saya jahat, saya malukan abang…maafkanlah saya…”dia terus menangis dan meratap.

Setiap hari bermacam-macam rahsia di dedahkannya; tentang tempat-tempat maksiat yang pernah dia pergi bersama teman lelaki, kawan-kawan lain yang sama saja perangai dengannya juga kekecewaannya bila dipermainkan lelaki-lelaki terbabit.

“Abang, Iffa, Aina…marilah tengok emak . Emak tak jahat lagi,. Emak nak jadi baik. Emak nak jadi lawa, pandai, suka masak, kita pergi sungai…” ratapnya lagi bercampur dengan kata-kata yang melalut.

Tidak dapat hendak di gambarkan bagaimana malunya Haji Shafie dan isterinya setiap kali Normah menelanjangkan keburukannya sendiri. Berbagai-bagai cara mereka lakukan supaya Normah berhenti meracau seperti menutup mulut, memujuknya diam dan kadangkala turut sama bercakap supaya orang-orang di sekeliling tidak mendengar , tetapi usaha itu tidak berhasil.

Setelah hampir sebulan Normah mendedahkan kecurangannya, keadaan wanita itu bertambah parah. Tekanan darahnya menurun dan kerap tidak sedarkan diri. Badannya yang kurus makin melidi kerana Normah tidak mahu menjamah makanan. Yang di lakukan sepanjang hari hanyalah menangis dan meminta ampun kepada Halim. Setelah itu dia kembali terkulai tidak sedarkan diri.

Haji Shafie sekali lagi menemui saya.

“Ustaz pujuklah menantu saya tu. Mintalah dia datang jenguk Normah dan ampunkan lah kesalahan dia. Memang anak saya bersalah , tapi dalam keadaan sekarang, Cuma keampunan suami saja yang boleh selamatkan dia,” kata haji Shafie. Isterinya sejak tadi saya tengok tiada berhenti-henti mengesat air mata .

” Kalau begitu, mari kita pergi jumpa Halim,” kata saya.

Puas kami memujuknya . Alhamdulillah, setelah berbagai-bagai alasan di beri, akhirnya Halim bersetuju. Bagaimanapun saya lihat dia seperti terpaksa saja. Langkahnya berat dan nampak kurang ikhlas.

” Sudahlah Lim, lupakan yang lepas-lepas. Buangkan dendam, gantikan dengan kemaafan. Insya-Allah, semua pihak akan dapat keberkatanNya,” kata saya semasa Halim hendak memasuki kereta. Dia cuma tersenyum tawar.

Demi terpandang saja Halim datang menjenguk, Normah dengan suara yang amat lemah memohon maaf kepada suaminya itu.

“Sa..sa..ya der…haa..ka pada abaaaang..” katanya antara dengar dengan tidak. Sambil air mata jatuh berlinangan , dia mengangkat tangannya untuk meminta maaf, tapi terlalu sukar. Ibunya cepat-cepat membantu.

“Yalah…”jawab Halim perlahan lantas menyambut tangan Normah. Reaksinya masih tawar. Dia belum benar-benar ikhlas.

Petang itu kami bersama-sama membacakan surah Yasin dan ayat-ayat suci al-Quran untuk Normah yang kelihatan semakin teruk. Bagaimana pun bila Normah meminta ampun sekali lagi, saya lihat Halim semakin ikhlas menyambutnya. Saya tersenyum. Mungkin hatinya sudah sejuk melihat penderitaan Normah.

Lebih kurang pukul 5.00 petang saya meminta diri kerana ada urusan penting. Sebelum pulang saya berpesan; ” Lim, sekarang ni awak saja yang boleh selamatkan Normah. Dia harapkan sangat keampunan daripada awak. Selepas itu, serahkan kepada Allah. Kalau sembuh, alhamdulillah, kalau tidak biarlah dia pergi dengan aman “.

” Terima kasih ustaz,” balas Halim.

Seminggu kemudian Halim datang ke rumah saya dan memaklumkan bahawa Normah telah meninggal dunia. Bagaimanapun, dia membawa juga kisah yang menginsafkan mengenai pemergian Normah.

“Ustaz,” Halim memulakan ceritanya, “Malam tu Cuma tinggal saya dan anak-anak saja duduk di tepi Normah. Ibu dan bapa dia ke kantin untuk makan. Bila saya bacakan Yasin , saya tengok air mata arwah mengalir setitik demi setitik. Saya tau dia benar-benar insaf dengan kesalahannya dulu, curang pada saya, derhaka pada suami, tinggalkan anak-anak.”

“Sampai di ayat salamun qaulam mirrabir rahim, saya ulang tiga kali. Setelah habis, saya usap dahi arwah. Saya lakukannya dengan ikhlas sebab tidak sampai hati tengok hati dia menderita.”

” Setelah menciumnya tiga kali tiba-tiba dia nazak. Nafasnya di tarik dalam-dalam tapi nampak susah sangat. Sekejap kemudian nafasnya laju, tapi lepas itu lambat betul. Saya cemas. Dah dekat ke?”

“Tiba-tiba Aina menangis Entah apa yang di gaduhkan dengan kakaknya saya pun tak tau . Kuat betul dia menangis sampai saya tak sanggup nak dengar. Berbelah bagi juga sama ada antara anak dan isteri yang tengah sakit, tapi bila fikirkan tangisan budak itu mengganggu pesakit lain, saya terus ambil Aina dan pujuk dia. Susah pula nak pujuk dia hari tu sampai terpaksa dukung dan bawa ke luar wad.”

“Namun bila kembali ke wad, saya dapati Normah dah tidak bernafas lagi.”

“Luka memang berdarah lagi, ustaz, tapi bila dia meninggal tanpa ada sesiapapun di sebelahnya, menitis juga air mata saya. Yalah, kalau orang lain pergi dengan baik, ada orang tolong bisikan syahadah, bacakan Yasin, dia pula pergi macam tu. Agaknya itulah balasan untuk isteri yang derhaka ‘.”

Cukup menginsafkan, kan? Ambil iktibar dan sampaikanlah pada yang lain. Wallahualam

#AIR MATA#


Salam kalian semua teman-teman

Rasullulah bersabda, “Tiada suatu yang lebih kusukai dari dua tetesan, yaitu titisan darah yang tumpahan darah karena jihad fisabilillah dan titisan air mata yang mengalir karena rasa takut dan rindu kepada Allah” (HR Turmudzi). Dalam riwayat lain, “Tiada setetes yang lebih disukai Allah ‘Azza wajla daripada setitis darah di jalan Alla”. (HR Aththahawi). Betapa mahalnya titisan air mata yang mengalir itu karena ibadah, titisan air mata itu menjadi benda berharga. Di tengah-tengah kehidupan yang serba mekanis dan teoritis, fatwa-fatwa pun sudah tidak terdengar bijak dan nyaman untuk didengar kita. Fatwa itu tidak menyentuh lagi, karena banyak yang diobral dan menggombal, bahkan diintrik-intrik oleh muatan politik. Hampir saja kita kehilangan potensi diri.

Di tengah-tengah kehidupan itu, pernahkah kita, barang sekali, menjerit, menumpahkan air mata ketika kita bangun di tengah malam, mengadukan hidup yang penuh dengan nista dan dosa ini kepada Dia yang Maha Rahmat? Ibarat tanah yang gersang, padang yang kering semua, tetumbuhan yang layu, maka datanglah rintik hujan jatuh dari langit, begitulah air mata penyesalan, air mata kerinduan, air mata manusia yang tawadhu’ dan para penaka yang bertaubat, bagaikan menghapus ‘kegersangan’ jiwa yang nista tadi. Jiwa yang layu menjadi tegak dan tumbuh kembali optimisme, kegelisahan qalbu yang gersang dengan bergagai nista, kini pupus, bagaikan debu-debu yang hanyut terbawa arus.

Rasullulah S.A.W.. kekasih Allah, merengguk menumpahkan air mata, karena penuh harap untuk jumpa denga-Nya? Sayyidina Abu Bakar ash-Shidiq ra. senantisa menangis ketika menegakkan shalat? Mereka adalah manusia pilihan Allah. Mereka adalah orang-orang yang punya derajat tinggi di depan Allah.Dalam Suatu hadis seusai shalat (fardu) Rasullullah S.A.W.. beristighfar kepada Allah tiga kali, “Ya Allah Engkau Maha Pemberi ketentraman dan perdamaian. Dari Engkaulah datangnya ketentraman dan perdamaian, wahai Rabb yang Maha Memiliki keagungan dan kemulyaan.” (H.R.Muslim) .

Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita seperti manusia pilihan Allah itu? Tatkala kita lahir, kita menangis dan orang-orang di sekeliling kita tertawa terbahak-bahak bahagia karena menyambut kedatangan kita, maka ketika kita mati nanti, jadikanlah kita tertawa bahagia karena akan jumpa dengan Allah Sang Maha Kekasih, walaupun orang-orang yang kita tinggalkan menangis pilu karena kehilangan anggota keluarga yang mereka cintai.

Sesungguhnya, menangis di dunia itu lebih baik bagi kita ketimbang kita menangis di akhirat nanti. Sebab itu, sudah sepantasnyalah setiap kita waspadai diri, agar kita terhindar dari kegersangan jiwa yang nista, agar kita terhindar dari tipe manusia yang tidak tahu bertaubat. Padahal Rasulullah bersaba, “Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang yang menangis karena takut kepada Allah” (HR.Tirmidzi dan Abu Hurairah ra).

Kita mengarungi samudra dunia, bukan untuk tenggelam terpikat oleh ilusi fatamorgana. Kayuhlah biduk kehidupan kita, dan seberangi samudra dunia untuk mencapai tujuan abadi surgawi. Kerahkan seluruh potensi untuk tetap survive dalam perjuangan menembus badai samudra, sesekali kita boleh menyelam, tetapi ingatlah! Tujuan kita bukan untuk mati tenggelam, tetapi tujuan kita yang hakiki adalah mencapai pantai kebahagiaan sebagai ultimate goal dari segala makna yang kita berikan untuk kehidupan.

Kita tengok wajah kita setiap hari di muka cermin, bersolek dan hiasi tubuh kita, tetapi jangan lupa menengok pigura ruhani kita. Hiasi dan percantik qalbu itu, adakah hari ini iman kita lebih baik dari hari kemarin? Adakah prestasi amal kita lebih baik menyongsong hari-hari yang semakin singkat dan pendek. Lahir, hidup, mati, kemudian dilupakan orang! Tergolek abadi menanti pengadilan akhir dari kehidupan yang panjang.

Ya Allah apa yang telah diperbuat oleh hamba selama ini? Jawabannya ada dalam dada masing-masing. Apakah hamba hanya mengumpukan dosa dan menanti kematian? Jawabannya, entahlah, hati kita yang menjawab dengan lancar walaupun lidah terdiam malu. Anas ra. berkata, “Pada suatu hari, Rasullulah Saw. berkhutbah, belum pernah saya mendengar khutbah seperti ini, lalu beliau bersabda, ‘Andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis.’ Mendengar ucapan Rasullullah ini, seluruh sahabat menutup mukanya masing masing sambil menangis tersedu-sedu” (HR.Bukhari- Muslim).

Alah berfirman dalam QS an-Najm ayat 59-60, “Apakah setelah mendengar keterangan ini, engkau merasa heran lalu tertawa dan tidak menangis?” Selanjutnya dalam QS al-Isra: 109, Allah berfirman, “Dan sujudlah/tersungkur lah mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusuk.” Oleh sebab itu, menangislah sebelum datang hari dimana engkau akan ditangisi.

#CEMBURU DAN BIDADARI#

Kisah ini saya ambil dari salah seorang sahabat.Mungkin bahasanya agak keterlaluan.Namun apa yang penting,kita mengambil 'ibrah untuk kita jadikan panduan..selamat berhibur dalam taman ilmu^_^


“Ustaz, boleh tak kalau di syurga nanti, saya tak nak suami saya ada
bidadari?”

Soalan ini pernah dikemukakan oleh seorang wanita (entah datin mana tah),
sewaktu sesi soal jawab dalam satu kuliah (kalau aku tak silap, oleh Ustaz
Dato Abu Hassan Din Al-Hafiz), pada sekitar awal 90-an.

Jawapannya nanti dulu. Aku nak bincang hal yang lebih penting. Haha..

Datin tersebut wajar diberi ucapan syabas kerana berani menyuarakan apa
yang terbuku di kalbu ramai wanita. Tapi pasti kebanyakannya tak tergamak
nak luahkan perasaan tu.

Mmm..nampaknya sampai begitu sekali kaum wanita ni meluat dengan bidadari
syurga. Aku guna perkataan ‘meluat’ sebab aku rasa inilah istilah yang
paling sopan. Mungkin ada yang sampai rasa benci bila mendengar perkataan
‘bidadari’, aku tak nafikan.

Apa puncanya sampai jadi macam tu?

Penjelasan yang paling mudah, sebab cemburu.

Penjelasan yang lebih mendalam; sebab wanita sebegitu menyangka bahawa
suaminya adalah MILIK mutlak si isteri. Sebagaimana miliknya terhadap
kereta Mercedesnya dan rumah banglonya. Tak mahu KONGSI dengan orang lain.

Aku pernah menghadiri majlis ilmu yang dianjurkan satu jemaah
tabligh..ustaz yang sedang memberi amanat kepada bakal-bakal da`ie itu ada
menyebut, “Jangan sekali-kali ceritakan mengenai bidadari apabila anda sedang
membicarakan tentang nikmat syurga di khalayak yang ada wanita
menghadirinya. Dikhuatiri jika anda tidak bersedia dengan ilmu yang cukup,
majlis ilmu itu akan hanya menimbulkan rasa benci di kalangan wanita yang
masih lemah imannya..”

Fuhh~! Sampai begitu sekali rupanya. Dahsyat..

Aku tak sangka sampai begitu sekali, hingga ‘pantang’ disebut tentang
bidadari di depan wanita.

Tapi..Dalam Al-Qur’an kan bidadari disebut tanpa berselindung?
Ohoho…mungkin tak apa la sebab kebanyakan wanita di luar sana tak faham
pun bila mendengar atau membaca Qur’an.

Habis, nak biarkan macam tu je? Biarkan je wanita ‘bermusuh’ dengan
bidadari? Tak ada cara nak ‘mendamaikan’ dua golongan ni ke?

Biar aku beritahu apakah jawapan ustaz yang awal tadi.

“Di syurga nanti, selagi puan tak berenggang dengan suami puan, suami puan
seakan-akan tak nampak pun bidadari. Tak perlu lah puan risau sangat. Yang
penting sekarang, usahakan agar puan bersama suami dapat menjadi ahli
syurga. Kalau isteri terpaksa masuk neraka buat sementara, dan suami yang
masuk syurga dulu, saya tak jamin la bidadari tak ganggu dia..” Padat dan
bersahaja jawapan yang diberikan ustaz, disambut gelak ketawa hadirin. Si
datin tunduk sambil tersenyum kelat.

Hmm..kenapa suami tak nampak bidadari bila isterinya ada? Sebab wanita
ahli syurga kelak akan dijadikan oleh Allah sebagaiketua bidadari.
Hebatnya kecantikan ketua bidadari ni, adalah ibarat cahaya bulan
mengambang penuh di musim panas. Para bidadari yang lain pula ibarat
bintang-bintang yang bertaburan di sekelilingnya. Hanya menyerlah tika
bulan menyepi.

Maka apabila Ketua Bidadari itu hadir, si suami seolah-olah terpukau, dan
bidadari yang lain seakan tak kelihatan, ataupun nampak kecil saja. Macam
gadis jelita dikelilingi budak-budak tadika. Tentu saja fokus si suami
takkan beralih dari melihat isterinya.

Hebat kan? Tapi macam mana kalau tiada bidadari langsung? Kan lagi bagus
kalau tiada saingan?

Tidak juga.

Andai tiada bidadari, maka cantiknya Ketua Bidadari umpama bulan penuh di
langit yang kosong. Kejelitaannya jadi kurang menyerlah kerana dia cantik
sorang-sorang, tak ada siapa yang kurang dari dia, jadi pada siapa dia nak
dibandingkan? Pada jiran di mahligai bersebelahan yang jaraknya sejauh
mata memandang?

Wahai wanita penghuni syurga; anda sama cantik saja dengan Ketua Bidadari
yang lain. Tak berapa seronoklah. Anda hanya paling cantik di mata suami
anda. Begitu juga Ketua Bidadari yang menjadi jiran anda, tercantik di
mata suaminya.

Satu perkara lagi, para bidadari syurga adalah penghuni asal yang telah
Allah tempatkan di situ. Mereka penduduk asal syurga. Tak bolehlah nak
halau mereka pula. Nanti mereka mengadu pada Allah. Mereka tidak pernah
berbuat dosa, taraf mereka seakan malaikat yang sentiasa makbul doanya.
Cuma mereka ini Allah kurniakan nafsu sebagaimana manusia. Tetapi nafsu
mereka bersih (tidak takabbur terhadap Allah) dan tidak terhijab.

Dalil tentang mereka mempunyai nafsu, dalam surah Al-Waqi`ah ada ayat yang
berbunyi `uruban atraaba, yang apabila diterjemahkan bermaksud:
“sentiasa merindui (suami mereka yang berada di dunia) dan muda belia usia
mereka”.

Di dalam bahasa Arab, kalimah `uruban juga bermaksud berahi berpanjangan.
Dalam istilah yang agak kurang sopan (minta maaf), mereka ini sentiasa
merindui jimak. Saya mohon maaf sekali lagi, tapi wanita dengan sifat
sebeginilah yang diidamkan oleh hampir semua lelaki. (ah..aku rasa bukan
HAMPIR semua, tapi memang SEMUA lelaki normal macam tu).

Tentang pengertian kalimah atraaba pula, nantilah bila ada masa yang
sesuai aku huraikan dalam artikel yang khusus tentang bidadari..for guys
only. ;-j

Baiklah. Anda dah nampak, cara untuk mengelakkan suami anda dari melayani
bidadari, ialah dengan sentiasa ada di sisi suami. Senang saja bukan?
Barulah bidadari lain tak ‘kacau daun’.

Betul?

Tapi adakah anda pasti?

Kita rujuk sebuah hadith yang menceritakan tentang keadaan penghuni
syurga;

Para Sahabat bertanya, adakah penghuni syurga melakukan jimak, dan
bagaimanakah keadaan mereka? Dijawab oleh Rasulullah, “Benar. Oh, sungguh
hebat sekali. Tenaga dan kenikmatan mereka Allah gandakan kepada seratus,
dan mereka sekali pun tidak akan merasa letih.” ~au kama qaal

Hmm. Maknanya, kalau Ketua Bidadari tak mahu berenggang dengan suami, maka
alamatnya tak keluar dari bilik la. Layanlah sampai dia puas.

“Tak kisah, janji dia tak layan bidadari..” mungkin itu jawapan seorang
wanita.

Saya beritahu lagi; Ahli syurga juga tidak tidur, kerana terdapat hadith
yang menyatakan bahawa “tidur itu saudara mati, maka ahli syurga tidak
memerlukan kepada tidur, tidak mengantuk, dan tidak letih, lapar, atau
dahaga..”. (au kama qaal)

Jenuh la kali ni tak turun-turun dari katil. Sanggupkah anda? Berapa
minggu anda sanggup? Berapa tahun? Berapa dekad? Berapa kurun?

Jika di hati anda terdetik rasa bosan, para bidadari di luar bilik akan
mengetuk pintu sambil bertanya bilakah gilirannya akan sampai. “Ketua!
Biar kami pula ambil alih!” …mungkin itu yang mereka kata.

“Biarlah diorang menunggu kat luar..aku takkan tinggalkan suami aku!”
Mungkin ada wanita yang berfikir begini.

Izinkan saya bertanya lagi; “Tak nak pergi shopping ke?” ; )

“Eh, shopping? Shopping apa? Kat mana?”

Mafhum daripada beberapa hadith yang mutawatir,
Pada setiap Jumaat Allah adakan suatu ‘pasar’ di syurga. Di pasar inilah,
ahli syurga diberi nikmat terbesar antara segala nikmat di syurga, iaitu
diizinkan melihat kepadaNya. Tiada satu pun ciptaanNya yang mengatasi
keindahan Sang Pencipta, Rabbul Jalil yang bersifat Al-Jamiil.

Dan di ‘pasar’ syurga inilah Allah sediakan segala pakaian, makanan, dan
perhiasan (barang kemas dan aksesori) yang berbagai-bagai rupa, beraneka
warna dan bentuk.

Ahli syurga cuma perlu melihat kepada contoh ‘produk’ yang dipamerkan,
niatkan “Aku mahu yang ini!”; maka dengan serta-merta benda itu sudah
dipakai di tubuhnya. Boleh juga meminta seperti itu apabila terlihat ada
ahli syurga yang lain, memakai sesuatu yang menarik perhatiannya.

Kenapa perlu ada pasar? Kan boleh minta saja dari dalam bilik?

Perlunya ada pasar ini kerana ahli syurga ketika itu dah tak tahu apa lagi
yang mahu diminta, kerana terlalu lama dan banyaknya nikmat yang
diperolehi mereka.

Ibarat anda dah dapat semua file/software yang anda ingini, sampai anda
tak tahu nak download software/file apa lagi di internet. Dah tak tahu nak
’search’ apa, sampai termenung di depan superkomputer yang terhebat dan
terlaju di dunia, milik anda. Lebih kurang macam tu la ibaratnya.

Maka di ‘pasar’ syurga inilah terdapat pakaian dan barang kemas serta
aksesori wanita (dan lelaki) dalam ‘rekabentuk terbaru’…’latest design’
kata sesetengah orang. Sebab itu ahli syurga tidak akan merasa jemu.

Dan apa yang paling hebat, semua yang ada di pasar ini adalah PERCUMA!
Ibarat Ivana Trump pergi shopping di HyperMall milik ayahnya yang asyik
pecat orang (”you’re fired!”). Tapi di syurga pastinya berjuta-juta-juta
kali lebih mewah. Dan anda kekal muda selama-lamanya, tak macam minah
saleh tu..

Di pasar syurga tu, semua benda yang menyenangkan hati anda boleh
didapati. Niat saja nak pakaian baru, anda akan tiba di Department Pakaian
Wanita.

“Handbag LV (Louis Vuitton) ada ke?” ..cheh. Ada sorang minah yang baca
artikel ni boleh terfikir nak tanya camni..

Begini sajalah. Biar saya bacakan mafhum sebuah hadith lagi.
“Jannah itu ialah satu kawasan yang tersangat luas. Terdapat lembah,
sungai, pohon, dan bukit. Tanah di tengah-tengahnya yang paling tinggi,
dan Al-Firdaus berada di tempat yang paling tengah dan paling tinggi”.

belum habis lagi..ada sambungan hadith ni;

“Keseluruhan syurga itu terdapat seratus tingkat. Pada tingkat yang
terendah dan pertama, kesemua sudu senduknya, gelas pinggannya, kerusi
mejanya diperbuat daripada perak. Tingkat yang kedua, semua sudu
senduknya, gelas pinggannya, kerusi mejanya daripada emas; pada tingkat
yang ketiga, sudu senduknya, gelas pinggannya, kerusi mejanya daripada
yaqut, lu’lu’ dan zabarjad (batu-batu permata yang mahal), dan pada
sembilan puluh tujuh tingkat lagi hanya Allah yang mengetahuinya. Jarak
antara satu tingkat dengan tingkat yang lain adalah sejauh jarak langit
dan bumi.”

Rasulullah hanya sempat meninjau tiga tingkat yang pertama sahaja sewaktu
isra’ dan mi`raj.

Syurga tingkat pertama yang terendah adalah untuk ahlul fitrah, manusia
yang tidak pernah beriman tetapi seruan tauhid tidak pernah sampai kepada
mereka ketika hidup di dunia dahulu. Mereka diizinkan masuk ke syurga
setelah selesai menjalani qisas di mahsyar, jika mereka ada menzalimi
sesama mereka. Inilah tanda betapa Maha Pemurahnya Allah Yang Maha Adil,
tidak menzalimi seorangpun hambaNya.

Tingkat pertama ini juga adalah untuk para muallaf yang hanya sempat
mengucapkan syahadah tanpa satu pun amalan baik, dan tiada satu pun
kalimah Allah yang sempat dipelajarinya.

Maka sekiranya kita umat Islam ini berjaya ke syurga, tempat kita adalah
bermula dari tingkat yang kedua, atau lebih tinggi lagi. Tingkat kedua,
barang-barang perkakas dapur serta perabutnya diperbuat daripada emas.

Saya tanya; Di dunia sekarang (di bumi) ini, adakah pakaian dan barang
kemas kita diperbuat daripada bahan yang serupa dengan bahan membuat
perabut dan peralatan dapur?

Anda tahu jawapannya ialah tidak. Bahan untuk pakaian dan perhiasan kita
lazimnya mestilah lebih mahal daripada bahan membuat perabut dan perkakas
dapur.

Ertinya, bila sudu dan meja pun diperbuat daripada emas, agaknya apakah
bahan yang jadi pakaian dan barang kemas ahli syurga? Sudah tentu lebih
mahal daripada emas!

Ya. Bahan dan unsur yang lebih mahal itulah yang dibuat pakaian ahli
syurga..termasuk juga kasut tumit tinggi dan handbag (jika anda mahu,
pasti ada!), termasuk juga barang kemas yang ada di Pasar Syurga tu.

Ketika itu jika anda ternampak handbag LV dari alam dunia, mungkin anda
akan terasa jijik nak menyentuhnya macam tengok tahi ayam. Mana ada kelas!
Emas pun setakat jadi jug air je..Gelas minuman pun dibuat daripada
berlian (kalau anda menghuni syurga tingkat atas sikit).

Hm..Di pasar yang bagaikan real-life catalogue ini, semuanya lebih mahal
dari perkakas dan pinggan mangkuk anda. Terlalu banyak pilihan. Shopping
la sebanyak mana yang anda mahu. Tak perlu trolley. Kalau anda nak suruh
bidadari bawakan barang yang anda shopping itu pun, mereka pasti gembira
dapat membantu.

Janganlah lupa pula..para bidadari itu juga khadam anda yang sangat suka
berkhidmat. Anda kan ketua mereka?

Ingat ni, kesemuanya anda tak perlu bayar! Bayarannya telah dilangsaikan
dengan keringat, darah dan air mata anda ketika di dunia dahulu.

Tapi kalau nak dapatkan ‘design’ terbaru tu, kenalah keluar dari rumah
(istana) dan tengok sendiri di pasar Jumaat. Di pasar ini juga ahli syurga
akan bersosial, bertemu rakan lama dan saudara mara.

Berapa luas pasar tu? Jika anda terbang menaiki buraq selama sehari pun
belum habis melihat keseluruhan bahagian ‘pasar’ itu. (kalau naik
kenderaan yang lebih laju, anda tak nampak apa-apa sebab laju sangat,
mengatasi kelajuan cahaya).
Dan sudah tentu suami anda pun nak pergi ke Pasar Jumaat itu juga untuk
melihat Allah Rabbul Jalil. Ajaklah suami shopping sekali!

Setiap minggu, akan ada design terbaru yang boleh anda dapati. Setiap
minggu juga anda boleh datang shopping di pasar ini. Sampai tahun depan,
kurun hadapan, alaf hadapan…sampai bila-bila. Tiada had usia di syurga..

Soalan terakhir saya: Yang mana lebih menyeronokkan bagi anda; shopping
dengan suami, atau pergi shopping bersama bekas teman-teman rapat, rakan
sekolej (atau rakan serumah) anda dahulu? ;-)

..dan mungkin pada kurun hadapan, suami anda nak pergi memancing di sungai
syurga bersama bekas rakan sekampungnya…atau mungkin dia cuma nak
‘berehat di rumah’ saja.. ;-j

Dah la..tak payah risau. Perasaan cemburu tu kerana disebabkan kejahilan
tentang fitrah lelaki dan tak faham kehendak suami. Ahli syurga tidak ego
dan cemburu buta. Di syurga tiada hasad dengki dan tiada sifat takabbur.
Qaalu salaaman-salaama~

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...